A Romantic Story About Serena (4 page)

BOOK: A Romantic Story About Serena
6.72Mb size Format: txt, pdf, ePub

"
Menjijikkan
 
katamu?",
jika tadi Damian tak marah karena tamparan Serena, sekarang dia benar-benar
marah,"jika menurutmu aku menjijikkan...",

Lelaki itu mengepalkan kedua tangannya sampai buku-buku jarinya memutih,
"Jika menurutmu aku menjijikkan..."

Entah bagaimana Serena mengetahui kapan kendali diri lelaki itu lepas,
dengan panik dan takut Serena setengah berlari menuju pintu,

Tapi terlambat, Damin bergerak secepat kilat menerjangnya, Serena
berhasil membuka pintu sedikit ketika dengan kasar Damian mendorongnya kembali
tertutup.

Lelaki itu menghimpitnya dipintu , desah napas mereka bersahutan, yang
satu ketakutan, yang lain bergairah,

"
Le…. lepaskan saya !!!
 
,
atau saya akan berteriak dan menuntut anda atas pelecehan..."

Damian tak peduli, lagipula ruangan itu kedap suara.

Dengan gerakan impulsif, dibaliknya tubuh Serena, bibir Damian
mencari-cari bibir Serena, tubuhnya makin menekan Serena ke pintu,

Serena menggelengkan kepala menghindar dengan membabi buta hingga bibir
Damian hanya menempel di rahangnya, dia mencoba meronta melepaskan diri tapi
tubuh Damian menghimpitnya ke pintu dan tangannya mencengkeram kedua tangan
Serena di kiri dan kanan kepalanya.

Mereka bergulat beberapa saat, tetapi Damian tak mau menyerah dari
perlawanan Serena. Sampai kemudian ketika Serena membuka mulut untuk berteriak,
Damian memagut bibir itu.

Ciuman itu dari awal sudah sangat sensual karena bibir mereka terbuka,
Damian melumat bibir Serena seolah sudah tak ada lagi hari esok. Mulutnya
sangat liar dan lapar mengecap, melumat dan menikmati bibir Serena yang
selembut madu.

Serena terpana merasakan ciuman yang sangat intim ini,yang baru pertama
kali dirasakannya. Dan hal itu memberi kesempatan Damian untuk mencium semakin
dalam, seluruh tubuhnya menempel ditubuh Serena, makin mendorong Serena ke
pintu, setelah menjelajahi dan mencicipi seluruh rasa bibir Serena, lidah
Damian mulai mencecap dan mencoba-coba mulai membelai masuk ke dalam bibir
Serena.

Serena mengerang mencoba menolak, dia tidak pernah berciuman seperti itu
! Tapi Damian begitu lembut dan begitu lidahnya masuk ciumannya menjadi makin
bergairah, lidahnya menjelajah masuk, menikmati seluruh rasa dan manisnya mulut
Serena, Damian mengerang dalam ciumannya, oh ya Tuhan nikmat sekali! Erangnya
dalam hati, dan gairahnya naik begitu cepat bagaikan roket, Gadis itu terasa
begitu nikmat, begitu manis dan menggairahkan, sekujur tubuh Damian
menginginkan gadis itu,
sangat
menginginkannya!
Tangannya merayap naik dan menyelinap di antara jari
Serena sehingga Jari-jari mereka saling bertautan, Damian mencengkeramnya
erat-erat seolah itu pegangannya untuk hidup.

Sejenak Serena merasakan matanya gelap, semua ini begitu aneh dan
mengejutkan, dan ciuman ini begitu asing dan tak terduga, rasa ciuman ini….Ya
Tuhan , Rafi tidak pernah menciumnya dengan cara sekurang ajar ini,
Rafi….
Ya Tuhan
!!

Serena mengerahkan segenap kekuatan dan seluruh kendali dirinya untuk
melepaskan bibirnya dari pagutan Damian, Mulut Damian yang lapar masih
mencari-cari, masih memagutnya sekali lagi, Serena mendorongnya kuat kuat
hingga bibir mereka terlepas.

Suasana Ruangan itu begitu hening, hanya desah napas memburu bersahutan,
Serena bahkan tak tahu itu napas siapa. Damian masih mencengkeram kedua
tangannya di sisi kepalanya, Bibirnya begitu dekat dengan bibir Serena, hingga
napasnya yang panas menyatu dengan napas Serena. Mata Damian tampak berkabut ,
tapi ketika menatap mata Serena sinarnya begitu tajam ,

"Kau menikmatinya kan? Aku merasakan dari bibirmu yang melembut
ketika lidahku melumatmu, kau bisa berbohong dengan kata-kata, tapi tubuhmu tak
bisa berbohong....",

Dengan tiba-tiba Serena mendorong Damian hingga mundur beberapa langkah,
ditatapnya Damian dengan mata marah menya-nyala,

"Dasar bajingan !!, kau bermimpi kalau aku menginginkanmu, kau tak
akan pernah bisa menyentuh tubuhku lagi !!, kau begitu menjijikkan !!!,",

Suara Serena semakin serak karena menahan tangis, …
jangan … , jangan!
Kau tak boleh menangis Serena ! Nanti dia akan
semakin merendahkanmu! Desisnya dalam hati.

Damian memandang Serena dengan pandangan tajam merendahkan,

"Saat ini kau boleh menghina dan menolakku, tapi aku yakin, nanti
kau akan datang padaku, merangkak dan memohon agar aku mau menerimamu"

"
Lebih baik aku mati !!"

Serena setengah berteriak ketika buru-buru melangkah keluar dan
membanting pintu di belakangnya.

Sang sekertaris memandangnya sambil mengerutkan kening, dan Serena yakin
saat itu penampilannya patut dipertanyakan, rambutnya kusut masai dan mukanya
merah padam dengan mata berkaca-kaca menahan tangis.

Tapi Serena tak peduli lagi, yang dia inginkan hanya menjauh secepatnya
dari tempat terkutuk itu! Dengan langkah berderap, Serena memasuki lift
meninggalkan ruangan itu.

********

Damian mengusap mulutnya yang terasa panas, dia merasa sedikit
bodoh,  karena bertindak begitu impulsif di kantor, di mana banyak orang
bisa menyebarkan gosip.

Damian menarik napas dalam-dalam dan berusaha menghilangkan getaran di
tubuhnya. Ciuman tadi terasa begitu nikmat, sudah lama sekali Damian tidak
merasakan ciuman yang begitu membakar gairahnya sampai ke tulang sunsum.

Hanya sebuah ciuman dan dia terbakar, Damian mengernyit, tidak begitu
menyukai kenyataan itu. Selama ini dia dikenal sebagai kekasih yang sangat ahli
di ranjang, selalu mampu mengendalikan pasangannya dan tidak pernah lepas
kendali.

Dan sekarang, dia lepas kendali, semudah itu.
titik
.

Masih mengernyit Damian menghempaskan tubuhnya ke kursi.

Tapi jika gadis itu seperti yang kupikirkan, kenapa dia semarah itu?
Seharusnya gadis itu bahagia bukan kepalang atas tawaran yang dia berikan.
Apakah dia salah? Dan apakah dia telah menyinggung gadis itu?

Tidak! Dengan cepat Damian menyingkirkan keragu-raguannya. Semua gadis
sama saja, Damian tidak pernah salah, Beri gadis-gadis itu kemewahan dan dia
akan takluk padamu.

Mungkin tawarannya masih kurang bagi Serena, Damian mungkin harus
menambahkan akomodasi penuh jalan-jalan keliling eropa misalnya.

Atau mungkin, Serena hanya mencoba jual mahal. Wajah Damian menggelap
mengingat kata hinaan Serena barusan,
 
Menjijikkan
 
katanya ??

"Lihat saja Serena, Setelah kau menyadari betapa banyaknya yang
bisa kuberi padamu, kau akan datang merangkak padaku dan aku yang akan
mempermalukanmu", sumpah Damian dalam hati.

*********

Suasana hati Serena benar-benar buruk hari itu. Kemarahan,rasa
terhina,kebencian bahkan kesedihan karena dia begitu tidak berdaya campur aduk
dalam hatinya. Serena merasa tubuhnya begitu kotor akibat pelecehan yang
dilakukan Mr. Damian tadi siang, dan dia masih menahan tangis ketika memasuki
ruang perawatan intensif di Rumah Sakit itu,  yang sudah sangat familiar
dengannya

Apapun yang ada dipikirannya tadi langsung buyar begitu melihat Suster
Ana menyongsongnya dengan wajah pucat  pasi,

"Kemana saja kau nak ?!, aku mencoba menghubungimu sejak dua jam
tadi, tapi kau tak bisa dihubungi !"

Wajah Serena langsung berubah seputih kapas, secepat kilat dia berlari
menelusuri lorong menuju kamar tempat Rafi dirawat.

Suster Ana tergopoh-gopoh berlari mengikuti di belakangnya.

Serena terpaku di depan ruangan Rafi dengan napas terengah-engah, dokter
dan perawat masih ada di ruangan itu, sedang berusaha menstabilkan kondisi
Rafi,

Suster ana tiba dibelakang Serena dan menyentuh pundaknya lembut,
mencoba menenangkannya,

"Dia sudah tidak apa-apa Serena, kondisinya sudah stabil. Tadi dia
mengalami serangan lagi tapi dokter sudah menanganinya dengan cepat, kenapa kau
tadi tidak bisa dihubungi? Aku mencoba menghubungimu saat Rafi dalam kondisi
paling kritis, saat itu kau pasti ingin bersamanya",

Air mata mengalir di pipi Serena. Tadi baterainya habis dan karena sibuk
dengan pikirannya, dia tak sempat mengisinya. Astaga, betapa bodohnya dia. Rafi
kelihatan stabil dan baik-baik saja dan Serena mulai lengah, melupakan bahwa
serangan bisa terjadi setiap saat. Ya Tuhan, seandainya tadi Rafi....

Serena memejamkan mata rapat-rapat, air matanya mengalir semakin deras,
dia tak berani membayangkan semua itu.

Suster Ana memeluknya dengan penuh keibuan sementara Serena menumpahkan air
matanya.

Ketika dokter datang, tatapan hati-hatinya malah membuat hati Serena
makin cemas,

"Bagaimana kondisinya dokter?", suara Serena gemetar,
ketakutan

Dokter itu menarik napas panjang

"Rafi pria yang kuat, sungguh suatu keajaiban dia mampu bertahan
sampai sekarang, tetapi kecelakaan itu telah merusak organ dalamnya. Kami
berusaha memperbaikinya dengan obat-obatan dan penanganan medis terbaik, tapi
hal itu berakibat pada ginjalnya, kami harus mengoperasi ginjalnya
Serena",

"Mengoperasi ginjalnya?", Serena mengulang pernyataan dokter
itu dengan histeris, "Mengoperasi ginjalnya ?! Ya Tuhann !!",

Tubuh Serena menjadi lunglai, untung suster Ana menyangganya, air mata
mengalir semakin deras dipipinya,

"Apakah... Apakah tidak ada cara lain ...?",

Dokter itu menarik napas prihatin,

"Rafi dalam kondisi yang tidak lazim, dia dalam keadaan koma, dan
apapun tindakan medis yang kami lakukan padanya memiliki resiko tinggi, Tapi
akan lebih beresiko lagi jika kita tidak melakukan operasi itu, operasi itu
harus dilakukan sesegera mungkin Serena"

Serena menarik napas dalam dalam, dan menatap dokter itu dengan penuh
tekad,

"Baik dokter, lakukan operasi itu, apapun agar Rafi selamat",
suaranya mulai gemetar, "Berapa biaya yang harus saya siapkan untuk
melakukan operasi tersebut dok?",

Seluruh tubuh Serena menegang ,tangannya terkepal seolah olah menanti
hukuman.

Dokter itu menatapnya sedih, rasa kasihan tampak jelas di matanya ketika
menjawab,

"Untuk prosedur operasi ginjal dan perawatan atas kemungkinan
terjadi komplikasi lainnya, kau setidaknya harus memiliki Tiga ratus Juta,
Serena",

*******

Hujan turun lagi dengan derasnya, bahkan payung itupun tak bisa
melindungi dirinya dari percikan air hujan. Tapi Serena tak peduli.

Dimana
 
Dia
 
??!

Serena menatap sekeliling parkiran itu dengan panik, hari sudah gelap
dan hampir tidak ada orang di parkiran itu, apalagi hujan turun dengan begitu
derasnya sehingga tak akan ada orang yang begitu bodohnya berada diluar
ruangan.

Kecuali dirinya sendiri tentunya

Ya Tuhan ... Dimana Dia ??!

Serena menatap mobil mercedes mewah yang masih terparkir di tempat
parkir direksi yang tak kalah mewah dengan atap yang luas dan posisi yang lebih
tinggi sehingga terlindung dari derasnya hujan.

Lelaki itu pasti belum pulang, mobilnya masih terparkir dan semua orang
bilang bahwa bos yang satu itu baru pulang setelah lewat jam 8 malam, dan lebih
malam lagi pada hari
 
J
umat karena besoknya akhir pekan.

Sekarang hari jumat.

Dan Serena menunggu dengan cemas , bagaimana jika lelaki itu sebenarnya
sudah pulang? Jika bukan hari ini, akal sehatnya akan kembali dan dia akan
kehilangan keberanian.

Berbagai pikiran buruk berkelebat hingga Serena tidak memperhatikan
derasnya hujan yang mulai membasahi tempat-tempat yang tidak terlindung oleh
payung kecilnya,

Lalu pintu lobby itu terbuka, dan sosok yang ditunggu-tunggu Serena
melangkah keluar.

****

Seorang satpam membawa payung hitam besar dan memayunginya ketika Damian
melangkah menyeberangi jalan kecil yang membelah taman menuju parkiran direksi,

Hujan deras membuatnya tidak menyadari kehadiran Serena. Tetapi ketika
jarak mereka  semakin dekat, Damian menyadari bahwa Serenalah yang berdiri
dengan payung mungil ditengah hujan menunggunya, dan mulutnya menegang,

"Wah, ada apa gerangan sampai anda menyempatkan diri menunggu saya
disini?",

Sebenarnya Damian sangat geram, tetapi dia menahan diri karena kehadiran
satpam yang memayunginya.

"Ssaa...ssaya...ingin bicara dengan anda",

Damian mengernyit menyadari suara Serena yang gemetar dan wajahnya yang
pucat pasi, apakah gadis itu kedinginan ? berapa lama gadis itu menunggunya di
luar sini?

TIba-tiba dorongan posesif membuatnya ingin meraih gadis itu, memeluknya
dan menyalurkan kehangatan tubuhnya.

Damian melangkah ke bawah atap tempat parkir direksi yang menaunginya
dari hujan, lalu mengisyaratkan satpam itu untuk meninggalkan mereka.

Setelah Satpam itu jauh, Damian menatap Serena dengan gusar,

"Demi Tuhan !! tidak bisakah kau kemari berlindung di bawah atap
ini? Payung itu tak berguna, kau hampir basah kuyup!",

Other books

Ponies at Owls' Wood by Scilla James
A Blessing In Disguise by Elvi Rhodes
The Orphan Master's Son by Adam Johnson
Silencer by James W. Hall