A Romantic Story About Serena (3 page)

BOOK: A Romantic Story About Serena
9.47Mb size Format: txt, pdf, ePub

Damian tersenyum miring,

"Pasti kau bingung apakah ini kesialan atau keberuntungan karena
akulah yang memberimu tumpangan", gumamnya tenang.

Serena membuka mulut hendak membantah, tetapi akhirnya mulutnya menutup
lagi. Tidak disadarinya Napas Damian yang mendadak lebih cepat ketika
memperhatikan gerakan mulutnya,

"Rumahmu di daerah sini ya?"

Suara
 
Damian entah kenapa berubah
jadi serak hingga Serena otomatis menoleh ke arahnya, tetapi lelaki itu tidak
sedang menatapnya melainkan memandang lurus ke depan,

"Iya saya kost di daerah sini", jawabnya setengah melamun dan
tersentak ketika Damian mendadak menoleh ke arahnya.

"
K
ost?",
 
kenapa informasi itu sampai terlewatkan olehnya?,
"kalau begitu di mana orangtuamu?"

"Orangtua saya sudah meninggal, saya hidup 
sendirian",jawab Serena otomatis, "Mr. Damian, mungkin sebaiknya saya
diturunkan agak jauh dari kantor, nanti saya berjalan kaki saja",

Damian mengerutkan dahinya, tak suka dengan ide itu,

"Kenapa harus begitu?"

"Tempat parkir khusus direksi kan sangat mencolok, saya tidak mau
orang yang melihat saya turun dari mobil anda akan berpikiran yang
tidak-tidak",

"Seperti kita melakukan
seks
yang hebat semalam, dan pagi ini berangkat kerja bersama-sama?",

Wajah Serena memucat mendengar ucapan Damian yang sangat vulgar itu.

"Dengar
miss. Serena
, kau
dikenal sangat menjunjung moralitas dikantor, jadi orang tidak mungkin berpikir
yang tidak-tidak tentangmu", Suara Damian terdengar sinis dan
mengejek,  "lagipula...", kali ini Damian sengaja membiarkan
tatapan matanya menelusuri Serena dari ujung kepala sampai ujung kaki,
"Semua orang tahu siapa aku, dan seperti apa pacar-pacarku,  mereka
tahu persis bahwa kau bahkan tak masuk ke dalam kategori tipe wanita
kesukaanku, lagipula aku kan tidak mungkin tertarik padamu,jadi gosip apa yang
akan timbul?",

Detik itu juga Serena menyadari bahwa dia tak akan pernah menyukai
bosnya yang satu ini. Dengan geram Serena menggertakkan giginya lalu
mengalihkan pandangan ke jendela luar.

Setelah itu tak ada percakapan lagi di antara mereka. Ketika Damian
memarkir mobilnya di parkir direksi, Serena segera turun dan mengucapkan
terimakasih dengan kaku,  lalu berlari kecil menembus hujan, meninggalkan
Damian yang masih di mobil.

Untunglah lobby sudah sepi, hanya petugas keamanan dan resepsionis saja
yang ada di sana, jadi tak perlu kuatir akan terjadi gosip. Tapi ketika Serena
melihat jam besar yang terpasang di lobby dia langsung mempercepat langkahnya,
dia terlambat, Pak Edwin pasti akan marah besar.

Ketika sampai di ruangannya rekannya menatapnya sambil mengangkat alis
melihat penampilan Serena yang acak-acakan dengan rambut dan baju setengah
basah,

"Pak Edwin menunggumu, dia bilang kalau kau datang langsung saja ke
ruangannya",

Serena mengangguk, hanya mampir sebentar ke mejanya untuk meletakkan tas
dan langsung mengetuk pintu ruangan Pak Edwin,

"Masuk" , gumam suara dari dalam,

Serena melangkah masuk sambil mempersiapkan dirinya untuk mendengarkan
ocehan panjang lebar tentang kedisiplinan yang menjadi ciri khas bosnya itu.

Tapi di luar dugaan, wajah Pak Edwin bukannya masam melainkan
sangat ramah, dia bahkan mempersilahkan Serena duduk dengan bersemangat.

"Saya mengerti mengapa kau terlambat Serena, tadi CEO kita, Mr.
Damian menelpon dan menjelaskan bahwa kau ikut mobilnya, yah saya tidak
menyalahkanmu, cuaca sangat buruk pagi ini bukan?",

Serena hanya tertegun menatap senyum bosnya yang begitu lebar. Ternyata
cuma sampai disitu arti kedisiplinan yang digembar-gemborkan Pak Edwin, begitu
kekuasaan berbicara, maka semua tak ada artinya lagi.

"Eh iya, tadi saya tak sengaja berpapasan dengan Mr. Damian 
ketika sedang menunggu bus dan Mr. Damian menawari saya tumpangan",

"Hebat Serena, hebat, ternyata insiden kecil kemarin yang
menyebabkan Mr.Damian sendiri sampai turun tangan memanggilmu itu malah
menguntungkan bagi divisi kita. Pimpinan tertinggi perusahaan kita,
bayangkan!,
dia mengenalimu dan bahkan
mau menawarimu tumpangan!"

Serena merasa muak melihat kegirangan bosnya yang tak wajar itu,
memangnya Damian itu siapa? Memang dia CEO perusahaan ini dan merupakan
pimpinan tertinggi perusahaan ini di Indonesia . Perusahaan mereka merupakan
cabang dari perusahaan terkenal dengan nama sama di Jerman. Dan Damian sebagai
salah satu pemegang saham terbesar sekaligus CEO yang handal di salah satu
perusahaan mereka di
 
J
erman, menawarkan diri untuk mengisi jabatan di
Indonesia. Gosipnya Lelaki itu menganggap bahwa memimpin cabang mereka di
Indonesia dengan perbedaan budaya dan segala keeksotisannya merupakan tantangan
tersendiri baginya. Tetapi lelaki itu kan manusia juga sama seperti mereka?
Seharusnya Pak Edwin tak perlu segirang ini dong.

"Eh kalau begitu pak, saya ijin kembali sebentar ke meja saya untuk
mengambil bahan meeting kita pagi ini", gumam Serena memotong kalimat Pak
Edwin yang masih berceloteh tidak jelas tentang kelebihan-kelebihan Damian
Marcuss dan betapa beruntungnya Serena.

Ketika Serena hendak melangkah pergi, Pak Edwin sepertinya baru teringat
sesuatu,

"Oh ya Serena, tadi Mr. Damian berpesan kalau ada barang milikmu
yang ketinggalan di mobilnya, dia ingin kau mengambilnya nanti jam 3 sore di
ruangannya

BAB 2

Kenapa dia harus repot-repot menyuruhku menemuinya sendiri hanya untuk
mengambil payung? Dia kan bisa menyuruh
 
office
boy
 
untuk mengembalikannya,
atau jika dia tak sempat, dia kan bisa menyuruh sekertarisnya untuk mengurus
payung itu. Apalagi Serena tahu bosnya itu sangat sibuk,

Gosip
mengatakan
 
Mr.
Damian
 
adalah
 
workaholic 
 
sejati yang menghabiskan waktu 20
jam sehari untuk bekerja.

Atau, kenapa tidak dia buang saja payung itu? Toh aku juga tak akan
berani menagihnya, pikir Serena sambil mengerutkan kening di dalam lift yang
mengarah ke lantai 14, lantai khusus CEO mereka. Ini kali kedua dia ke ruangan
ini, sungguh tak disangka , dua tahun bekerja disini dia hampir tak pernah
bertatapan langsung dengan sang pemimpin tertinggi yang diagung-agungkan itu,
tetapi sekarang, dua hari berturut-turut dia dipanggil menghadap Mr. Damian.

Lift terbuka dan dia dihadapkan pada ruang tunggu yang nyaman dan mewah.
Sekertaris yang sama, wanita setengah baya yang terlihat kaku dan efisien itu
menatap Serena dengan skeptis, sepertinya dia juga bertanya-tanya kenapa
pegawai rendahan macam ini sampai dua kali dipanggil menghadap langsung ke sang
CEO, padahal setahunya Mr.Damian hanya berkomunikasi dengan anggota direksi,
manajer dan kepala bagian unit perusahaannya, itupun lewat meeting resmi
perusahaan dan  melalui seleksi janji temu yang rumit.

"Mr. Damian sudah ada di dalam, beliau sudah menunggu anda, saya
sudah menginformasikan kedatangan anda lewat intercom dan beliau mempersilahkan
anda langsung masuk", gumam sekertaris itu dingin.

*******

Damian baru saja menyelesaikan meeting penting dan dengan segera kembali
ke ruangannya. Mengingat alasan yang membuat dia begitu terburu-buru kembali,
membuatnya mengerutkan dahi, dia sudah menelpon atasan Serena tadi pagi,
menjelaskan alasan keterlambatan gadis itu. Dan atasan Serena begitu kegirangan
karena teleponnya, hingga seolah-olah tak peduli lagi kenapa Serena sampai
terlambat.

Yah mungkin setidaknya gadis itu akan berterimakasih padaku, ...
atau malah jengkel?
Damian tersenyum sinis,
menilik sifat gadis itu, sepertinya Serena akan tambah jengkel dengannya.

Setelah dengan serius mempelajari berkas-berkas yang diantarkan bagian
personalia padanya, Damian termenung.

Gadis itu tidak bohong, kedua orang tuanya memang telah meninggal, dan
alamat tempat tinggalnya memang terdaftar sebagai rumah kost, bahkan gadis itu
tidak mengisi nama saudara atau kerabat dekat yang bisa dihubungi,

'Saya tinggal sendirian'
, begitu ucapnya tadi. Apakah gadis itu benar-benar
sebatang kara seperti ceritanya. Kalau dia tanpa keluarga dan hanya tinggal di
kamar kost, untuk apa dia meminjam uang sebesar 40 juta ke perusahaan yang
harus dilunasi dengan memotong gajinya selama bertahun-tahun?

Apakah dia sakit?
Memikirkan kemungkinan itu, Dada Damian langsung
merasa nyeri,

Tidak!
Putusnya setelah termenung sejenak, gadis itu
sehat, kalau tidak dia pasti tidak akan lolos seleksi test kesehatan yang
sangat ketat untuk masuk ke perusahaan ini.

Kalau begitu, dia pasti gadis yang suka menghambur-hamburkan uang,
Damian menyimpulkan. Yeah, segalanya akan menjadi lebih mudah. Damian rela
memberikan uang sebanyak yang Serena mau asal Serena mau melayaninya.

Ia sangat kaya, dan memiliki gadis seperti Serena yang benar-benar
memacu hasratnya memang layak diberi sedikit pengorbanan.

Lamunannya terhenti ketika intercom  berbunyi memberitahukan
kedatangan Serena.

Damian menunggu penuh antisipasi, seperti seekor singa yang menanti
mangsanya, Dia punya  penawaran bagus, dan jika gadis itu seperti yang
diduganya, Serena pasti tak akan mampu menolaknya.

*********

 

"Kata Pak Edwin anda memanggil saya untuk mengambil payung saya
yang tadi tertinggal", gumam Serena sopan ketika Damian mempersilahkannya
duduk.

Damian tidak menjawab hingga Serena menatap Damian bingung, lelaki itu
sedang menatapnya dalam seolah sedang berkonsentrasi pada sesuatu tetapi
pikirannya seolah tak ada di situ.

"Mr. Damian?",

Lelaki itu mengerjap.

"Oh! Payung" gumamnya seolah baru teringat akan hal itu,
"ada di meja sekertarisku, kau bisa memintanya padanya",

Lalu kenapa sang CEO ini, yang katanya sangat sibuk menyuruhku
menghadapnya? Serena mengerutkan kening,

Ketika Mr. Damian sepertinya tidak akan berkata apa-apa lagi, Serena
segera bangkit dari kursinya,

"Kalau begitu saya akan segera mengambilnya, terimakasih sudah
merepotkan anda, permisi Mr. Damian", gumamnya setengah berbalik,

"Tunggu Serena",

Suara lelaki itu terdengar lembut, dan dengan enggan Serena membalikkan
tubuh,

Lelaki itu ternyata sudah bangkit dari kursinya, memutari meja dan
berdiri berhadap-hadapan dengan Serena,

"Aku meralat ucapanku tadi pagi",gumamnya misterius.

Serena mengerutkan keningnya,

"Tentang...?"

"Tentang kau bukan tipeku dan aku tidak mungkin tertarik padamu,
sebenarnya selama ini aku memperhatikanmu karena tak tahu kenapa, kau membuatku
sangat bergairah",

Mulut Serena ternganga dan dia tak mampu berkata-kata, pernyataan itu
begitu mengagetkan bagaikan petir di siang bolong.

"Aku ingin kau menjadi kekasihku, ….mmm…., bukan kekasih,… apa ya
istilahnya di Indonesia?
 
Wanita
simpanan
?",

Damian tampak sangat bersemangat dengan tawarannya sehingga tidak
memperhatikan ekspresi
 
shock
 
Serena,

"Kau hanya perlu melayaniku di ranjang, memuaskan aku",
Suaranya menjadi rendah dan merayu, "Dan kau tak perlu kuatir akan rugi,
kau tahu aku kekasih yang murah hati, aku akan membelikanmu apartemen mewah
sehingga kau bisa pindah dari tempat kost kecilmu itu, dengan begitu aku bisa
leluasa mengunjungimu setiap malam, dan aku akan menanggung biaya kehidupanmu,
apapun yang kau inginkan akan kuberikan, mobil mewah, perhiasan mahal, baju-baju
rancangan disainer terkenal, perawatan di salon terkemuka, aku tahu kau
menyukainya Serena karena gaya hidupmu sepertinya sangat mahal sampai-sampai
kau harus berhutang puluhan juta pada perusahaan. Bahkan mungkin kalau kau bisa
menyenangkanku, hutangmu itu akan kulunasi. Bagaimana Serena? Aku akan memenuhi
semua permintaanmu dan kau hanya harus ada saat aku membutuhkanmu",

Ketika Mr. Damian akhirnya mengakhiri pidatonya, Serena sudah begitu
pucat sampai tak bisa berkata-kata. Tawaran itu memang amat sangat menggoda,
apabila ditawarkan pada pelacur atau wanita yang tidak punya harga diri
!!!  tapi lelaki itu menawarkan kepadanya??!
 
Kepadanya
!! 
Berani-Beraninya lelaki itu! Berani-beraninya dia merendahkannya sampai seperti
ini!,

"Kenapa kau diam saja? Kau tak perlu sok malu-malu atau sok suci,
aku tahu wanita seperti apa kamu dibalik sikapmu yang sok menjunjung
moralitas...."

PLAAAKKK!!!

Tamparan itu begitu keras sampai kepala Damian terlempar ke belakang,
suara tamparan itu menggema di ruangan yang luas itu,

"
Berani-beraninya anda
!!,
”, napas Serena
terengah-engah, “B
erani-beraninya
anda menawarkan sesuatu yang begitu menjijikkan kepada saya!! Anda pikir saya
wanita macam apa?? Anda benar-benar sesuai dengan apa yang saya pikirkan,
lelaki tak bermoral, bejat, menjijikkan dan...", suara Serena terhenti
melihat ekspresi Damian.

Other books

Tempting the Heiress by Barbara Pierce
Killer Shortbread by Tom Soule, Rick Tales
Gently Floating by Hunter Alan
Something Of A Kind by Wheeler, Miranda
Lafferty, Mur by Playing for Keeps [html]
The Fire-Dwellers by Margaret Laurence