A Romantic Story About Serena (7 page)

BOOK: A Romantic Story About Serena
2.71Mb size Format: txt, pdf, ePub

Sekali lagi Serena benar-benar malu, Damian sudah tampil
sangat rapi dan elegan dengan pakaian santai dan sedang menyesap kopi sambil
membaca koran paginya, penampilannya benar-benar sempurna di pagi hari,
sedangkan Serena.... Astaga, jam berapakah ini?

"Ini masih pagi sekali,masih gelap, tadi aku bangun
dan memutuskan mandi air dingin, kalau tidak aku tidak akan bisa menahan diri
untuk membangunkanmu dan bercinta lagi denganmu", 

Suara lelaki itu datar seperti sedang membicarakan acara
televisi favoritnya, tak dipedulikannya wajah Serena yang memerah 

"Bukannya aku tidak bisa, tapi sepertinya aku harus
menghormati virginitasmu yang baru hilang",

Tatapan Damian berubah tajam, seperti yang selalu
dilakukannya di saat meeting di saat dia membuat lawan-lawan bisnisnya
mengekeret ketakutan.

"Kenapa kau yang masih perawan itu bisa dengan
mudahnya menjual diri padaku? Apa tujuanmu sebenarnya"

Tanya Damian tanpa ampun.

Serena duduk disana dalam kondisi paling tidak siap dan
Damian melemparkan pertanyaan paling sulit untuk di jawab, apakah laki-laki itu
sengaja?

Tentu saja Damian sengaja! Seru Serena dalam hati, lelaki
seperti dia tak akan sesukses ini dalam bisnis jika tidak tahu cara menyerang
lawannya di titik lemah.

Sekarang dia harus menjawab apa? Serena benar-benar
kebingungan. Kalau dia menceritakan seluruh kisahnya, akankah Damian percaya?
Lagipula dia tidak ingin melibatkan Rafi disini, jangan sampai Damian tahu
tentang Rafinya, dia harus melindungi Rafi dari lelaki kejam seperti Damian,
siapa yang tahu apa yang akan dilakukan Damian kepada Rafi hanya untuk
memerasnya nanti?

Dengan tegar Serena menegakkan dagunya,

"Saya rasa alasan saya melakukan ini bukan urusan
anda, yang penting saya tidak akan merugikan diri anda"

Rahang Damian mengeras mendengar jawaban Serena tadi.
Sejenak tadi dia merasa Serena patut diberi kesempatan, mungkin saja Serena
melakukan itu untuk membiayai saudaranya atau apa, Tetapi ternyata dia salah,
bodohnya dia, wanita dimanapun sama saja. 

Serena mungkin hanya menunggu kesempatan untuk menjual
keperawanannya dengan harga mahal, bukan bermaksud menjaganya. Bodohnya dia sempat
berpikir untuk mempercayai gadis itu.

"Oke, bussiness is bussiness, aku tidak akan
bertanya lagi tentang tujuanmu, asal jangan sampai kau merugikanku...",
mata Damian menyipit kejam, "kalau kau berani berani melakukannya, aku
akan membuatmu menderita"

Serena tanpa sadar beringsut menjauh, ketakutan dengan
nada suara dan tatapan kejam Damian.

Tiba-tiba saja laki-laki itu berdiri dari duduknya
setelah membanting gelas kopinya di meja,

Serena menatap lelaki itu dengan cemas, apa yang salah
dari ucapannya? Kenapa lelaki itu tampak begitu marah padanya?

Damian melirik jam tangannya,

"Aku sudah membuat janji dengan pengacaraku tiga jam
lagi, akan kubuat kontrak hitam di atas putih atas perjanjian jual beli kita
ini, dan selama aku menunggu jam itu.....", 

Mata Damian menelusuri tubuh Serena yang berusaha
menutupinya dengan selimut. Tatapan matanya sangat melecehkan.

"Well kurasa sudah cukup kan penghormatanku atas
virginitasmu?"

Lalu Damian naik ke ranjang dan merenggut tubuh Serena.
Membawanya ke tempat tidur bersamanya. Kali ini tidak ada kelembutan. Lelaki
itu tidak menahan-nahan diri lagi. Dan dia sudah siap. Dengan kasar dibukannya
paha Serena dan tanpa basa basi dia menyatukan tubuhnya dengan Serena, yang
entah kenapa sudah siap menerimanya.

Damian
menyatukan tubuhnya dalam-dalam, sebuah erangan nikmat lolos dari mulutnya
ketika dia merasakan kenikmatan yang menyengat, lelaki itu menatap Serena,
antara bingung dan marah tercampur di dalam matanya,

“Kau….
Sungguh membuatku tergila-gila”, Erangnya kasar sebelum bergerak dengan begitu
ahlinya, membawa Serena menuju puncak kenikmatan

*******

Serena menatap tubuh telanjangnya di cermin, air panas
mengalir dari pancuran menimpa tubuhnya, kamar mandi itu beruap, sehingga
bayangan tubuhnya terpantul samar-samar di  cermin.

Tadi Damian tidak lembut, well meskipun tidak sampai
menyakitinya, tetapi lelaki itu berbeda dari semalam, gairahnya liar dan tidak
ditahan-tahan lagi, meluap-luap seolah olah sudah bertahun-tahun laki-laki itu
tidak melampiaskan hasratnya.

Tapi itu tidak mungkin kan? Serena tanpa sengaja
mengerutkan dahinya, Damian terkenal suka gonta ganti perempuan, parempuan yang
dipacarinya selalu setipe, cantik bagaikan boneka, langsing, dari kelas atas
dan terkenal, entah itu model, artis dan kebanyakan orang luar. Semua wanita
itu rela menyerahkan dirinya pada Damian dengan sukarela. 

Desas desus berkembang bahwa Damian kekasih yang sangat
bergairah dan murah hati, tetapi tidak tanggung-tanggung mendepak pasangannya
dengan kejam,  karena dia tak pernah memakai hati dalam berhubungan.

Kekasih terakhir Damian, yang kemarin baru digandengya
dalam acara pernikahan seorang anak direksi adalah artis film yang sedang naik
daun, keturunan indo Jerman yang sangat cantik bernama Shanon, tubuhnya tinggi
langsing semampai dengan rambut cokelat bergelombang yang sangat halus bagaikan
sutera,kulitnyapun tak kalah halusnya sepertu buah peach dan dia tampak sangat
serasi, bergelayut manja di lengan Damian dengan tatapan memuja.

Apakah Damian juga akan melecehkan Shanon seperti
melecehkanku? Apa yang akan dilakukan Shanon jika dia mengetahu semua ini?
Tidak, apa yang akan dikatakan semua orang?

Serena mengernyit melihat bekas bekas ciuman memerah di
pundak dan sekitar buah dadanya. Damian lelaki yang suka meninggalkan tanda. Seperti
singa jantan yang menandai betinanya, Serena tahu lelaki itu sengaja
meninggalkan bekas-bekas ciuman di tubuhnya....bahkan ada yang di sekitar
pinggulnya....

Astaga...apa yang telah kulakukan ya Tuhan? Apakah aku
sudah melakukan keputusan yang paling benar? Serena sudah tidak dapat menangis
lagi, air matanya sudah habis dan hatinya sekarang terasa amat hampa.

Dengan pelan Serena meraih handuk dan mengeringkan
tubuhnya lalu meraih jubah mandi yang tadi ditemukannya tergeletak di karpet,
sepertinya Damian semalam melemparkannya ke lantai.

Dengan langkah pelan Serena keluar dari kamar mandi,
bingung mau berbuat apa, dan bertanya-tanya dimanakah pakaiannya
sekarang? 

Tatapannya menuju ke arah sofa, di situ ada kemasan
pakaian. Serena melangkaj dan mengambil kemasan itu, ya, ini pakaian wanita,
masih baru, dari butik ternama lengkap dengan pakaian dalamnya.... Apakah ini
untuknya? Serena memegang kemasan itu dengan ragu.

Tapi dia juga tak mungkin memakai jubah mandi dalam
kondisi telanjang seharian kan?

Dengan hati-hati Serena membuka kemasan itu, sebuah gaun
santai berwarna merah muda dari bahan yang sangat halus, apakah ini sutra? Dan
pakaian dalam senada, Serena melihat ukurannya dan semuanya pas, Damiankah yang
memesaannya?

Dengan gerakan pelan dan tanpa menimbulkan suara Serena
memakai pakaian itu, gaunnya terasa sangat nyaman menempel ditubuhnya, sebuah
gaun santai satu potong sepanjang bawah lutut yang sangat elegan.

Setelah itu selama beberapa lama Serena berdiri ditengah
kamar itu tanpa berbuat apa-apa.

Pandangannya mengarah ke arah ranjang yang seperti habis
diserang badai,

Dan tubuh
Damian terbaring disana, punggungnya tampak kecokelatan terlihat di balik
selimut kamar yang putih bersih.

Lelaki
itu berbaring tengkurap salah satu lengan membingkai kepalanya, dan tubuhnya
diam tak bergerak,

Kepalanya
terbaring miring di atas bantal. Serena mendekat pelan kesisi ranjang tempat
Damian berbaring, wajahnya tampak damai sekali, kalau sedang tidur, dia tak
tampak berbahaya.

Serena
melirik ke arah jam dinding, satu jam lagi, seperti yang dikatakan oleh Damian
tadi, dia ada janji dengan pengacaranya....haruskah Serena membangunkannya?
Tapi bagaimana nanti kalau Damian marah dan menuduhnya berani mengganggunya
karena ingin segera mendapatkan uang pembayaran? Bukannya Serena tidak ingin
segera mendapatkan uang itu, Semakin cepat dia bisa membayar ke rumah sakit,
semakin cepat Rafi bisa dioperasi. Tetapi Damian sudah cukup banyak memandang
rendah dan melecehkannya...

Tiba-Tiba
handphone Damian yang diletakkan di meja samping ranjang berbunyi keras,
membuat Serena hampir terlonjak karena terkejut.

Tubuh
Damian bergerak dan mata biru yang tajam itu terbuka,langsung menatap Serena.
Meski baru bangun tidur, rupanya Damian tipe lelaki yang langsung terjaga
sepenuhnya detik itu juga. 

Matanya
langsung menelusuri tubuh Serena dari atas ke bawah tanpa satu incipun
terlewatkan, tersenyum puas melihat penampilan Serena dengan baju barunya.

"Ternyata
pilihanku tepat", desisnya parau sambil mengangkat telepon.

Telepon
itu dari pengacaranya. Damian menyuruh Pengacara itu menunggu di restoran hotel
satu jam lagi.

Ketika
Damian meletakkan telephonnya, Serena masih berdiri diam di tempatnya semula,
tak tahu musti mengatakan apa.

"Pengacara
akan datang sejam lagi", dengan santai Damian berdiri dari ranjang, tak
peduli dengan ketelanjangan tubuhnya, dan mengangkat alis tersenyum melihat
Serena memalingkan muka.

Dengan
sengaja dia mendekat berdiri di depan Serena dan mengangkat dagu Serena agar
menghadapnya, 

"Kenapa
manis? Kau malu melihatku telanjang? Bukankah kita sudah menghabiskan waktu
berjam-jam telanjang bersama?"

Wajah
Serena merah padam, tapi dia tidak berkata apa-apa.

Damian
mendengus lalu melepaskan Serena dan melangkah ke kamar mandi.

"Bagus
kau sudah siap. Aku akan mandi setelah itu kita sarapan, lalu kita akan
tandatangani kontrak perjanjian, setelah itu kau akan mendapatkan
uangmu"

*******

Serena
mengaduk-aduk supnya dengan pikiran menerawang, dia memikirkan Rafi, kemarin
sore dia meninggalkannya dan menitipkannya pada suster Ana, sore ini dia harus
menjenguknya. Bagaimana kondisi Rafi? dia habis mengalami serangan, bagaimana
kalau dia mengalami serangan lagi?

Damian
menatap Serena dari seberang meja, apa yang dipikirkan gadis itu? Kenapa dia
tampak begitu tidak bahagia? Bukankah dia baru saja mendapatkan uang dalam
jumlah banyak yang bebas digunakannya melakukan apapun?

Ataukah
dia menyesal sudah menyerahkan diri padaku??? Pikiran buruk itu tiba-tiba
menyergap otaknya. Dalam Kapasitas apa dia menyesali sudah menyerahkan diri padaku?

Damian
menggertakkan giginya, seharusnya wanita ini Bangga, aku, Damian Marcuss, orang
yang sangat kaya dan berasal dari keturunan keluarga kaya terpandang di
negaranya, yang bisa mendapatkan wanita manapun yang dia mau, bersedia
menidurinya!

Damian
memikirkan semua keputusannya semalam. Ternyata ini bukan obsesi mau pun
kegilaan sesaat, ternyata bahkan setelah percintaan marathon mereka semalam dan
tadi pagi, dirinya masih menginginkan Serena. Amat sangat menginginkannya
malahan, Setelah hasratnya terpuaskan pada tubuh Serena, bukannya semakin reda
dia malahan makin ingin dan ingin lagi, gadis itu begitu polos tapi
menggairahkan dan di dalam otaknya ini penuh dengan hasrat untuk mengajari
gadis itu bagaimana cara memuaskannya.

Dengan
kesal dia mengutuk pemikirannya itu,
apakah
aku sudah menjadi seorang 
maniak
seks?

Damian
memikirkan jeda sejenak tadi, ketika dia menghubungi Freddy pengacara
kepercayaannya dan menyatakan niatnya serta minta dibuatkan draft surat
perjanjiaannya. Freddy adalah pengacara kepercayaannya sejak dulu,
sekaligus sahabatnya.

Lelaki
indonesia ini telah menempuh pendidikan hukum di Jerman, dan disanalah mereka
berkenalan. Beberapa tahun kemudian, setelah Freddy pulang ke indonesia,
dia membangun karir menjadi pengacara yang hebat. Dan ketika Damian memutuskan
memimpin cabang di indonesia, mereka bertemu lagi, lalu menjalin kerjasama
kerja sekaligus persahabatan.

Damian
tahu Freddy tidak akan bertanya apapun yang tidak perlu tentang keputusannya.
Lelaki itu sudah terbiasa dengan keputusan dan rencana-rencana bisnis Damian
yang ekstrim.

Tetapi
saat Damian membicarakan hal tersebut, ada kecemasan dalam suara Freddy,

"Kau
yakin? Ini memang surat jual beli, tapi ini ekstrin Damian, jual beli manusia,
jual beli pelayanan seks. kau bisa dibilang melanggar hukum malahan kalau suatu
saat nanti terjadi masalah, apalagi mengingat kau warga negara asing"

Damian
tersenyum, Serena tidak akan berpikir sejauh itu, bukannya gadis itu bodoh,
tapi dia terlalu polos, entah kenapa Damian percaya bahwa Serena akan menepati
janjinya.

"Buat
saja Freddy, selanjutnya biar aku yang menanggung", gumamnya yakin.

Freddy
tidak mengatakan apa-apa lagi, tetapi Damian yakin lelaki itu menunggu sampai
mereka bertatap muka baru dia akan mengajukan pertanyaan mendetail. Freddy
adalah lelaki yang sangat analisis, Damian menahan senyumnya.

Pikirannya
kembali ke masa sekarang, dan menatap Serena yang seolah tidak selera makan,

Other books

Scavenger of Souls by Joshua David Bellin
Ghost Image by Ellen Crosby
No Legal Grounds by James Scott Bell
Destined for Power by Kathleen Brooks
A Home for Her Heart by Janet Lee Barton
When the Snow Fell by Mankell Henning
No Attachments by Tiffany King