A Romantic Story About Serena (25 page)

BOOK: A Romantic Story About Serena
7.43Mb size Format: txt, pdf, ePub

Posisi
mereka begitu intim, telanjang bersama dengan tubuh menyatu. Damian mendesakkan
dirinya lebih rapat, menikmati tubuh perempuannya yang melingkupinya. Dadanya
serasa membuncah oleh perasaan hangat, ketika mata mereka bersatu dalam pesan
yang tersirat

"Aku
mencintaimu", bisik Damian lembut. Dan Serenapun melayang, terbawa oleh
cinta Damian.

*********

Damian
memeluk tubuh Serena yang lunglai dan terlelap, tubuhnya rileks setelah
percintaan mereka. Tapi otaknya berpikir keras.

Dia
sengaja membuat Serena mabuk malam ini, agar Serena tidak waspada, agar Serena
tidak menyadari, tidak menyadari apa yang sudah dia rencanakan jauh sebelumnya.

Dia tidak
memakai pelindung saat mereka bercinta tadi. Dia berusaha membuat Serena hamil.

Damian
memejamkan mata dan mengernyit ketika sengatan rasa bersalah menyerbunya. Dia
telah memanipulasi ketulusan perasaan Serena dengan menjebaknya. Tapi mau
bagaimana lagi? Dia sudah berusaha melupakan Serena. Tuhan tahu dia berusaha
sangat keras, apa saja agar Serena bahagia bersama Rafinya yang sudah
dipilihnya. Dia bahkan mengajukan diri untuk perjalanan bisnis ke luar negeri
agar bisa melupakan Serena. Tapi perempuan itu membayanginya, membuatnya
gelisah dan tidak bisa berkonsentrasi. Damian merasa dirinya nyaris gila ketika
memutuskan akan pulang dan memutuskan untuk memiliki Serena dengan cara apapun.
Jika Serena tidak mau memilihnya, maka Damian akan memaksa Serena memilihnya!

Dengan
lembut Damian mengecup dahi Serena yang berbaring di lengannya. Sebelah
tangannya meraba perut Serena yang telanjang di balik selimut dan mengelusnya.

Anakku
mungkin sudah bertumbuh di sini, pikirnya posesif. Rasa memiliki dengan
intensitas luar biasa muncul tiba-tiba dalam hatinya ketika menyadari bahwa
anaknya mungkin sudah mulai bertumbuh dan terbentuk di dalam rahim Serena.
Dengan lembut diusapnya perut Serena, Damian tidak bisa menahan diri,
pelan-pelan diletakkannya kepala Serena di bantal, lalu dia bergerak turun dan
mengecup perut Serena,

"Kau
harus tumbuh di sana", bisiknya penuh tekad, "Kau harus tumbuh
sehat dan kuat di sana, agar ayahmu bisa memiliki ibumu", Damian
berbicara sambil mengecup perut Serena.

Kemungkinan
bayi itu terbentuk dari percintaan mereka adalah 80%, Damian sudah
mempelajarinya dari semua referensi yang bisa ia dapat, ia mengetahui
bahwa  dari rata-rata  umur mereka berdua kemungkinan Serena hamil
malam ini sangat besar, dan diam-diam dia sudah mencocokkan dengan siklus
Serena, dia tahu perempuan itu sedang dalam masa suburnya.

Ciuman-ciuman
lembut di perutnya itu membuat Serena terbangun, dia membuka mata dan menatap
Damian,

"Damian?",
Serena bertanya-tanya kenapa Damian mengecup perutnya.

Damian
tersenyum, senyum yang sedikit kejam menurut Serena, tapi usapan tangan lelaki
itu yang dilakukan sambil lalu di sepanjang kulitnya yang telanjang, terasa
begitu lembut sekaligus menggoda,

"Aku
bergairah lagi", gumam Damian Serak, lalu bergerak naik dan mengecup bibir
Serena penuh gairah.

Damian
berbeda dengan tadi, pikir Serena, kali ini sedikit lebih kasar, tidak menahan
diri dan sangat posesif. Ciumannya begitu bergairah, melumat bibir Serena
kuat-kuat, lidahnya menjelajahi mulut Serena dengan panas, tangannya mengusap
tubuh Serena penuh gairah,

"Kau
milikku Serena", gumam Damian parau sebelum bercinta lagi dengan Serena.

*********

Serena
terbangun dalam pelukan Damian. Matahari fajar sedikit menembus tirai putih
jendela hotel itu, masih gelap dan dingin. Dengan nyaman Serena makin bergelung
dalam pelukan lelaki itu. Dan secara otomatis Damian mengetatkan pelukannya,
melingkarkan lengannya erat-erat di tubuh Serena.

Serena
memejamkan matanya, menenggelamkan wajahnya di dada telanjang Damian, menghirup
aroma Damian kuat-kuat dan menyimpannya rapat-rapat dalam memorinya. Tiba-tiba
air mata merembes dari sela bulu matanya, dan Serena menahannya agar tidak
menjadi isakan.

Kenapa?
Kenapa Tuhan membuatnya jatuh cinta lebih dulu kepada Damian sebelum kemudian
mengabulkan doanya agar Rafi terbangun dari komanya? Apa rencana Tuhan di balik
semua peristiwa ini? Kenapa di saat Rafi benar-benar sudah bangun, hatinya
sudah jatuh dimiliki oleh Damian?

Serena
mengigit bibirnya agar tangisnya tidak semakin keras dan membangunkan Damian,
dia tidak boleh menangis. Ini semua sudah menjadi keputusannya. Dia sudah
memiliki Rafi. Rafi yang mencintai dan dicintai olehnya sejak awal. Rafi yang
sebatang kara dan tidak akan punya siapa-siapa kalau Serena tidak ada di
sampingnya. Rafi lebih membutuhkan Serena dibandingkan Damian. Tanpa Serena,
Rafi akan rapuh, sedangkan tanpa Serena, Damian akan tetap kuat. Damian bisa
mencari Serena-Serena  yang lain dengan segala kelebihannya, sedangkan
Rafi hanya memiliki Serena.

Dia sudah
memutuskan dalam hatinya, tapi kenapa hatinya tetap terasa begitu sakit?
Rasanya seperti disayat-sayat ketika memikirkan Damian, ketika ingatannya
melayang pada setiap kebersamaan mereka. Kenapa rasanya masih terasa begitu
sakit?

Dan malam
ini Serena memutuskan bertindak egois. Hanya malam ini ya Tuhan, ampuni aku,
desah Serena dalam hati. Dia tahu semua ini akan terjadi. Dia tahu jika dia
datang menemui Damian pada akhirnya mereka akan berakhir di ranjang dan
bercinta. Serena tahu itu semua akan terjadi, tapi dia tetap mengambil konsekuensi
itu, dia butuh merasakan pelukan Damian untuk terakhir kalinya, dan kemudian
meyakinkan dirinya bahwa ini adalah perpisahannya dengan Damian.

Pelukan
Damian tiba-tiba mengencang dan lelaki itu dengan masih malas-malasan mengecup
dahi Serena,

"Dingin?",
tanyanya Serak.

Serena
mendongakkan wajah dan mendapati mata biru itu menatapnya. Lalu tersenyum
lembut, dan menggeleng.

Damian
meraih dagu Serena dan mengecupnya dengan kecupan singkat,

"Aku
menyakitimu tidak semalam?"

Sekali
lagi Serena menggeleng dan menenggelamkan wajahnya ke dada Damian, menahan air
mata. Ini adalah saat berharganya. Berada dalam pelukan erat Damian, merasakan
kelembutan dan kemesraannya. Dia akan menyimpan kenangan ini dihatinya, biar di
saat-saat dia merasa pedih dan merindukan Damian, dia tinggal menarik keluar
kenangan tentang pagi ini, dan hatinya bisa terasa hangat.

Seperti
inilah dia akan mengenang Damian nanti, lembut, penuh cinta dan memeluknya
erat-erat.

Seolah
mengerti pikiran Serena yang berkecamuk, Damian tidak mengatakan apa-apa lagi.
Dia hanya memeluk Serena erat-erat dan mengusap punggungnya dengan lembut,
mereka larut dalam keheningan dan usapan Damian membuat Serena setengah
tertidur,

"Aku
harap kau tidak menyesali malam tadi", bisik Damian lembut, menggugah
Serena dari kondisi setengah tidurnya.

Serena
mendongakkan kepalanya lagi dan menatap Damian lembut,

"Kau
tahu aku tidak menyesal", tangannya dengan hati-hati mengusap wajah
Damian, takut akan reaksi Damian karena dia tidak pernah melakukannya
sebelumnya. Tapi Damian langsung memejamkan mata, menikmati setiap usapan
Serena dengan penuh perasaan.

Merasa
mendapatkan izin, dengan lembut Serena menggerakkan tangannya, meraba wajah
Damian. Mulai dari dahinya, lalu ke alisnya yang tebal, ke mata yang terpejam
itu, ke bulu mata tebal yang hampir menyentuh pipi ketika Damian terpejam, ke
hidungnya, ke tulang pipinya yang tinggi, ke rahangnya yang mulai ditumbuhi
bakal janggut, hingga ke bibirnya yang tipis tapi penuh, bibir yang tak
terhitung lagi sudah mengecupnya berapa kali.

"Serena",
Damian mendesah, mengernyitkan keningnya merasakan usapan lembut Serena di
wajahnya, tangannya lalu menahan jemari Serena di bibirnya dan mengecupnya,
mata birunya membuka dan menatap Serena bagai api biru yang menyala,

"Apapun
yang akan terjadi nanti, aku akan membuat kau mensyukuri malam ini", gumam
Damian misterius.

Serena
mengernyitkan kening mendengar kata-kata Damian yang penuh arti. Apa maksud
Damian?

Tapi
sebelum Serena bisa berpikir lebih lanjut, Damian sudah meggulingkan tubuh
Serena dan menindihnya. Bercinta lagi dengannya.

*********

Serena
membuka pintu apartemen dengan berhati-hati dan menemukan dokter Vanessa sedang
duduk di ruang tamu sedang menyesap kopi dan menonton televisi.

Dokter
Vanessa tersenyum penuh pengertian ketika menatap Serena. Saat itu jam 8 pagi,
Serena sengaja meminta Damian memulangkannya pagi-pagi sehingga Rafi belum
bangun. Semalampun ia berangkat setelah yakin Rafi sudah tertidur pulas.

"Rafi
belum bangun", jawab dokter Vanessa tenang, menjawab pertanyaan di mata
Serena.

Serena
menarik napas lega,

"Dokter
menginap di sini?", tanyanya pelan.

Vanessa
mengangguk,

"Suster
Ana memintaku menemani untuk berjaga-jaga, dan aku tidak keberatan, toh aku
tidak ada acara apa-apa", Vanessa tersenyum lembut kepada Serena, "kuharap
semalam menyelesaikan segalanya"

Pipi
Serena memerah mendengar ucapan Dokter Vanessa yang penuh arti itu,

"Dia
agak marah tadi pagi saat saya buru-buru pulang demi Rafi", bisik Serena
pelan.

Vanessa
terkekeh sambil meletakkan cangkir kopinya,

"Dia
memang begitu, tak usah pedulikan, aku yakin sebenarnya dia bahagia kau telah
memberinya kesempatan", suara dokter Vanessa berubah serius, "Dan
setelah semalampun kau tetap pada keputusanmu Serena?"

Serena
tercenung mendengar pertanyaan itu, sejenak ragu, tapi lalu menganggukkan
kepalanya mantap,

"Saya
harus terus bersama Rafi, dia membutuhkan saya", jawabnya lembut.

"Kau
selalu memikirkan orang lain, bagaimana dengan dirimu sendiri?", tanya
dokter Vanessa tiba-tiba.

Dengan
masih tersenyum Serena menjawab,

"Saya
tidak apa-apa dokter, saya merasa bahagia karena semua orang bahagia"

Semua
orang bahagia selain kau dan Damian. Pikir Vanessa miris ketika Serena
berpamitan ke kamar untuk berganti pakaian. Vanessa tahu kalau Serena sama
tersiksanya dengan Damian. Dan dia ingin berteriak marah kepada Serena,
memarahi ketidakegoisan perempuan itu, sekaligus bertanya sampai kapan Serena
mendedikasikan hidupnya untuk kepentingan orang lain? Untuk kebahagiaan orang
lain? Vanessa merasakan dorongan kuat untuk memaksa Serena berbuat egois,
mementingkan kepentingannya sendiri, berusaha meraih kebahagiaannya sendiri.
Tapi dia tahu Serena, dengan kebaikan hatinya yang luar biasa itu tidak akan
mau melakukannya.

Dan
tiba-tiba Vanessa teringat pertemuannya dengan Damian ketika lelaki itu baru
pulang dari eropa beberapa hari lalu, mata Damian saat itu tampak penuh tekad,
setengah gila dan menyala-nyala,

"Kalau
dia tidak bisa memilihku, maka aku akan memaksanya memilihku"

Wajah
Vanessa memucat mendengar nada final dalam ucapan Damian waktu itu,

"Astaga
Damian, kau tidak sedang berencana melakukan tindakan kasar dan pemaksaan untuk
memiliki Serena kan?", berbagai pikiran buruk melintas di pikirannya,
seperti kemungkinan Damian menculik Serena dan membawanya pergi, atau
kemungkinan Damian akan menyingkirkan Rafi dengan cara kasar. Itu semua bisa
dilakukan Damian dengan kekejaman dan kekuasaannya. Dan Vanessa takut Damian
kehilangan akal sehatnya dan memutuskan melakukan salah satu dari hal yang
ditakutinya itu.

Damian
menarik napas panjang,

"Aku
akan membuatnya hamil anakku", gumamnya setelah jeda yang cukup lama.

Vanessa
menganga mendengarnya,

"Apa?",
Vanessa sudah mendengar cukup jelas tadi, tapi dia sama sekali tidak yakin
dengan apa yang didengar telinganya, dia butuh mendengar lagi.

"Aku
akan membuatnya mengandung anakku", gumam Damian penuh tekad.

"Kau
sudah gila ya Damian??", suara Vanessa meninggi menyadari keseriusan dalam
suara Damian,

Tapi
Damian sama sekali tidak terpengaruh dengan nada marah dan ketidak setujuan
Vanessan dia tetap tenang dan berpikir,

"Jika
Serena mengandung anakku, mengingat sifatnya, dia tidak akan mungkin
mengugurkannya. Itu berarti dia akan mengakui hubungan kami kepada Rafi, dan
aku akan menggunakan segala cara - dengan menggunakan anak itu sebagai alasan -
agar aku bisa mengklaim Serena"

"Kau
gila !", seru Vanessa tidak setuju, "apa kau tidak pernah memikirkan
perasaan Rafi ?? Hatinya akan hancur, dan Serena juga akan menderita jika dia
sadar dia telah menyakiti hari Rafi",

"Kau
pikir mereka saja yang menderita hah??", sela Damian keras, membuat
Vanessa tertegun, "aku juga menderita! Aku tidak bisa makan, aku tidak
bisa tidur! Aku menjalani detik demi detik, menit demi menit penuh penyiksaan!!
Aku sama saja sudah mati akhir-akhir ini! Aku juga menderita, menyadari bahwa
aku bisa memiliki Serena tetapi tidak bisa berbuat apa-apa untuk membuat
perempuan itu memilihku !! Sebelum kepulanganku aku sudah bertekad akan
melakukan ini! Tidak ada yang bisa mengahalangiku !!

"Damian",
Vanessa melembut, mencoba meredakan emosi Damian, "aku mengerti
perasaanmu, tapi bagaimana kalau nanti Rafi ternyata menerima kondisi Serena
apa adanya dan kemudian Serena memutuskan membesarkan anak itu bersama
Rafi?"

Other books

Breaking the Ice by Kim Baldwin
Ambushing Ariel by S. E. Smith
1775 by Kevin Phillips
The Vengeance Man by Macrae, John
A Noble Masquerade by Kristi Ann Hunter
Dirty Heat by Cairo
A Tale of Two Castles by Gail Carson Levine
Slow Burn: A Zombie Novel by Fosen, Mike, Weller, Hollis